Kamis, 01 November 2018

Perbincangan Mantap di Parkiran Kampus




Sebagai mahasiswa seumur jagung yang baru beberapa kali mencicip parkiran motor kampus bagian belakang, gue kayaknya udah agak terbiasa dengan pemandangan motor berjejer penuh dari ujung ke ujung. Mungkin luas tanahnya bisa buat bikin dua tiga gedung lagi (mungkin). Ya bisa dibilang, saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, gue mengidap parkiran shock gitu (Allahu..) takjub sendiri, lapangan seluas itu penuh sama motor. Yang kalau dihitung-hitung dari motor yang parkir, kira-kira seharian aja kang parkirnya sudah bisa mengantongi uang.... ya bisa lah buat traktir bakso lima kelas, bisa nambah pun. Wedeh. 


Namun rasa takjub gue di hari pertama itu tidak bertahan lama, karena gue langsung sadar, "Lahan seluas ini, nggak ada sisa buat gue parkir?" Sip, gue agak panik. Kebetulan saat itu ada mas-mas yang kayaknya maba juga. Dia nyari celah parkir sampai ke sudut belakang. Niat sekali. Gue masih menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari celah parkir, namun nihil, bung! Asumsi gue sih senior masih pada betah haha-hihi di kelas, makannya motornya masih pada mejeng di parkiran :') Karena tidak ada celah sama sekali buat satu motor, gue inisiatif memarkirkan motor gue mepeeeeeet banget sama motor lain. Biarin deh ngalingin jalan kek. Aku menyerah dengan parkir memarkir :') 


Gue tim #tidakkuncistang kalau lagi kepepet gitu. Ya gue sadar diri aja, kan kasihan nanti mas/mbak yang punya motor, pasti kerepotan ngeluarin motornya. Sudahlah dia pulang kuliah, lelah otak dan fisik, capek ngedumel, ditambah harus geserin motor-motor yang mepet sama motornya pula. Gue tahu banget rasanya kayak apa. Sudah begitu, terkadang Kang parkir tidak bisa diandalkan sepenuhnya :') Kalau dibutuhin, suka mendadak hilang gitu kang parkirnya. Heran. Himbauan kepada maba, datang ngampus jangan mepet sore. Tapi bagi anak sore, sepuluh menit sebelum maghrib masihlah siang, kok. Hehehe. 



***


Di kesempatan sore yang lain, gue sudah memarkir kendaraan dengan cantik. Adzan sudah berkumandang sejak lima menit lalu. Alhamdulillahnya parkiran tidak penuh seperti sebelum-sebelumnya. Setelah kisah tidak dapet parkir di hari pertama itu, akhirnya gue jadi tahu sudut-sudut mana saja yang bisa gue sambangi kalau mendadak gue susah parkir. Ternyata dibalik tembok ujung, masih ada lahan parkir! Ntav! 


Setelah gue mencabut kunci motor, gue berjalan sok serius ke luar gerbang parkiran. Maba banget lah gitu gelagatnya. Jalan lurus aja nggak tengak-tengok. Hehehe. Di luar gerbang sudah ramai kakak tingkat yang saling nunggu temannya muncul dari gerbang parkiran. Gue berjalan melewati beberapa kerumunan dari mereka, eh.. mendadak seperti ada sesuatu yang hilang. Yaelah. Kenapa gitu harus pula ketinggalan botol minum di motor? Innalillahi. Inilah pertanda bahwa gue rindu kasur, ngantuk :’)


Akhirnya mau nggak mau gue memutuskan untuk putar haluan, balik lagi ke parkiran untuk mengambil botol yang gue taruh di motor. Sampai ada kakak tingkat yang udah gue lewatin tadi nyeletuk, "Ada yang kelupaan?". Tapi entah ditujukan ke siapa. Gue acuh dan tidak mempedulikan. Kenal juga enggak. Hehe. Fokus gue cuma satu, botol air!


Botol air minum harus lekas dambil. Bukan karena nanti gue kehausan. Kalau nahan haus gue masih bisa lah. Masalahnya adalah Tupperwere cuuuuy. Tahu sendiri lah ya, itu botol sejuta umat yang merknya jadi favorit ibu-ibu, dimana semua barang dengan merk tersebut harus dijaga ketat walau badai menghadang. Soalnya kalau itu botol hilang karena keteledoran gue, Emak tercinta pasti akan ngediemin gue dua hari! Huhu. Didiemin itu sakit, ya. Kalau kamu gak tahu rasanya didiemin, itu udah gue kasih tahu. Maka dari itu, JAGA TAPERWERMU! 


Tapi saat balik ngambil botol, nggak sengaja kuping gue menangkap suara yang nggak pernah gue denger di parkiran manapun. Sebuah kata-kata sakti yang kayaknya eksklusif cuma ada di hari itu, deh. Untung besok Selasa, jadi kalau masih ada, harganya pasti nggak naik. Hadeu, dikira iklan.

“Kampus segede gini nih ya dihuni sama banyak orang, laki-lakinya juga banyak, gitu. Kenapa sampai detik ini cuma satu orang yang ada di otak lu, si? Heran gua. Lu di guna-guna, apa?”


MANTAP 10X!


Cuitan tersebut keluar dari perangai mbak-mbak kutilang berkerudung biru, yang kayaknya sudah kelar kelas dan mau pulang ke indekos atau rumahnya. Karena terlihat dari gerak-geriknya, beliau (beliau pisan bosss) memakaikan helm ke kepalanya dan tangannya sibuk menaruh botol Tupperware ke tasnya.


Mbak kerudung biru tidak sendirian di sana. Dia ditemani sosok mbak-mbak juga. Kakinya napak kok, alhamdulillah. Mbaknya ini pakai kerudung cokelat, nggak pakai helm, nggak bawa Tupperware, tapi bawanya Le Minerale yang tinggal setengah botol. Anak cowok yang ngelihat dia juga paling langsung nyepik tapi dalam hati, kayaknya manis-manisnya le minerale yang kamu pegang itu udah pindah deh, ke senyummu. EAAAA. Mau gumoh seketika xD Tapi asli, si mbak yang dibonceng ini emang manis, teduh gitu wajahnya. Bagaikan… apa hayo? Gue aja yang cewek kayak takjub lihatnya. Tapi dia bukan bidadari... jatuh dari surga, dihadapanku...~


Mungkin keduanya ini sohiban dan searah jalan pulang. Soalnya nggak lama mereka menaiki motor dan si mbak kerudung biru menstater motor dengan gagah. Dari gelagat mbak kerudung coklat, sepertinya kata-kata yang tadi dilayangkan temannya itu ada benarnya. Sampai akhirnya mbak kerudung cokelat nyolek temennya itu.
“Berisik banget, lu! Ada orang woy, malu gua!” sambil keduanya melihat ke arah gue yang posisinya nggak terlau jauh. 


         Saat gue udah puter badan beres ambil botol yang ketinggalan itu, kedua mbak-mbak tersebut malah menertawakan entah apa (?) lalu mereka tancap gas pergi meninggalkan parkiran dengan riang. Sementara gue masih kepikiran kata-kata mbak kerudung biru sambil diam dulu menatap parkiran; tempat yang mana pemotor hilir-mudik, ada yang pergi, ada yang parkir, dan ada pula yang menikmati sisa senja dengan duduk di jok motor, bernapas, dan mengabari doinya. Oiya, botol sudah di tangan! Cus!


Pokoknya, sore itu, di kala senja sudah hampir dijemput gelap, di parkiran kampus, gue merasa menjadi mahasiswi paling beruntung yang dateng ke kampus hari itu. Materi kuliah hari ini kayaknya juga bakal kalah eksis di otak deh, cuapan mbak-mbak di parkiran tadi itu kayak pisau, tajamnya menusuk sampai akar!  


“Kampus segede gini nih ya dihuni sama banyak orang, laki-lakinya juga banyak, gitu. Kenapa sampai detik ini cuma satu orang yang ada di otak lu, si? Heran gua. Lu di guna-guna, apa?”


Diulang lagi lah biar mantab. WAKAKAK.


Jadi begini, saudara dan saudari rekan sejawat. Dari yang gue tangkep sih, sepengamatan tidak berdasar pada teori apapun, dan tidak didasari sumber yang kuat dari buku manapun, terlihat mbaknya secara nggak langsung menyindir orang-orang lemah yang sulit melupa. Mantap.
Ya seolah nyindir gue juga waktu itu. Lah, kalian aja baru ketemu, nggak kenal, kok bisa menyindir? Eh, tapi gue tersindir dong. Gimana dong? Wkwk.

Nggak, gue nggak lagi ada masalah asmara kok di hari itu. Maaf nih, jomlo masalah asmaranya tuh kayak gimana emang? Hwakakak mikir kan jadinya. Jomlo masalah hatinya cuma satu, terjebak godaan syaithon untuk memikirkan dia -yang entah siapa- sendirian. Pfff.


Pada hari itu sampai sekarang juga ding gue hanya maba cupu yang datang hanya untuk menimba ilmu lalu ingin buru-buru sampai rumah karena sudah lelah dan laperrrrr. Siap. Saat itu belum terdeteksi sinyal apapun. Jadi gue mencoba apatis aja dengan persoalan asmara-asmaraan tembelek pitik. 


Pesan dari mbak kerurudng biru gue rasa sih bagus, ya. Mungkin kalau dijabarkan bunyinya begini...

“Dunia yang udah kita tapakin ini udah makin luas. Jaringan pertemanannya kalau mau diperluas ya bisa luas banget, gitu. Nah kalau udah seluas ini nih, tapi kenapaaa hati sama otakmu seolah isinya dia-dia tok, yang notabenenya pun tidak pernah dan tidak mungkin?

Sebentar, kalau gue ditanya kontribusi dia dalam hidupmu apa, jawabanmu? Banter-banter paling cuma ngerepotin pikiran sama perasaan doang, ya gak?. Nais, true sekali. Dan kenapa dirimu mau-maunya gitu mikirin? Buang-buang waktu banget, gak sih?”            isi hati mbak kerudung biru.  



HEM.. Y JG Y..


Kata kiasan berlabel “Kampus ini luas” juga sudah sebenar-benarnya logika, sih. Bagi orang yang sulit move-on, gambaran begitu tuh udah kayak lebaaaaaar banget. Padahal mah b aja. Wkwk. Betul banget, manusia di dunia ini banyak. Ya emang sih yang kayak dia adanya cuma satu. wkwk. Tapi kan bisa aja ada yang lebih baik di luar sana buatmu, kan? 


Kalau soal jodoh sih nggak ada yang bisa ngejamin lah dia siapa, apakah dia yang pernah satu kampus atau satu wilayah territorial sekalipun. Tapi bukan berarti kata kiasan mbaknya tidak mungkin, kan? Semua perkara jojojodohan itu sudah ada yang mengatur, bosqu. Kalem. Tinggal usaha sama doanya aja sih udah berprogres sampai mana~ 


Sungguh perumpamaan “Kampus kita luas” ini juga luar biasa, bisa membuat para jomlo mendadak bisa menghirup udara di sekitaran kampus agak lebih teratur. Setelah sebelumnya terasa sesak karena kehimpit sama tugas dan kata-kata “Kapan nyusul” dari lingkungan keluarga, dan teman sebaya yang sudah melangsungkan janji suci. Wuzz. Lalu tiba-tiba terngiang kata-kata motivasi yang dipegang teguh oleh senior, “Kamu kelarin kuliah dulu lah! Toga menunggu! Cinta-cintaan bisa entar dulu.” 

OKE, SENPAI!


Tenang sobat, dunia ini luas! Silakan hirup udara segar sepuas-puasnya. Yang jomlo di dunia ini bukan kamu doang, kale! Alhamdulillah teman gue nambah satu. Wkwk.


Terima kasih untuk mbak-mbak di parkiran sore itu. Yang sudah membuka mata dan hati seorang yang menulis ini, yang pernah terperangkap pada perasaan yang menyesakkan, tapi onengnya tetap memelihara secara sukarela.  Mungkin juga ada yang sudah membuka hati dan tidak jomlo, tapi pernah merasakan bahwa ucapan mbaknya di atas adalah benar. Memang, dunia tak selebar daun petai cina!


Kejadian dalam postingan ini sudah terjadi cukup lama. Dan baru dituangkan malam ini dalam rangka entah kenapa mau aja. Sekian.


Nuhun pisan!. Seperti biasa, ambil positifnya aja ya dari postingan yang ada di sini. 



Salam sayang opo koe krungu,

Kenoer.





Sumber foto: Unsplash.com / Brandon Wong

16 komentar:

  1. Gue jarang buat baca postingan blog yang panjang. Tapi postingan ini gue baca sampe habis wkwk, lucuk sih dari awal

    Kirain mau ceritain tentang susahnya parkir di kampus (soalnya ngalamin juga) tapi ternyata bahas kenapa yg ada dipikiran di mbak-mkbak kutilang cuma cowok itu-itu aja huhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantappp cahayaaa .Kenal ga kenal yg penting botol minuman dulu wkwk .Ehh, tapi ada yg berkenalan dengan kata mba2 kerudung biruu .Dunia ini luasss ,ya kali ini lu mikirin satu cowok itu2 aja ,istilahnya move onn kalii wkwk..Good NoerπŸ‘

      Next ,temanya parkiran juga yaa..yg motor gua deketan sama motor lu ..kira2 ada mba2 kerudung biru lewat ga wkwk

      Lanjutkann Noerr CahayaaaπŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

      Hapus
    2. Doni: #TimSusahDapetParkir juga ternyata. Hwakakak. Wah boleh juga di lain kesempatan kak bakal ceritain itu. xD
      Habis kata-katanya ngeganggu otak banget. Terngiang bagaikan janji-janji manis, uwo uwoo~~ Jadi biar afdol sekalian aja dilimpahkan. hehehe. Btw terima kasih sudah mampir dan baca kak Dijeh xD

      Hapus
    3. Arif: Yoi Rif, Tupperware adalah kunci ketentraman! Emang kayaknya mbak-mbaknya nyindir secara halussss deh ke temennya yang sulit moveon wkwk.

      Siap tema parkiran ditampung! xD Terima kasih sudah mampir dan baca, Arif bukan Pocong xD

      Hapus
  2. Balasan
    1. Taperwer emang suka jadi biang keladi, Bi. hehehe
      Terima kasih sudah baca ya Biii xD

      Hapus
  3. Alhamdulillah tupperware-nya ketemu ya, Mbak. FYI, saya pernah ngilangin botol tupperware saya *heuheu* dan... you know lah.

    Eh, dipikir-pikir Mbaknya udah kayak netijen, yak. Kenal nggak, ketemu juga belum pernah, eh udah main kesinggung aja. Hehe.

    Tapi saya salut sih sama Mbak Nur. Padahal kejadiannya udah lama yekan, tapi masih apal cuitan si mbak-mbak kutilang yang sangat mind-blowing itu. Ntav!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, salam kenal!
      Iya, alhamdulilah. hehehe. Owalah, gimana reaksi ibumu saat tahu anaknya menghilangkan tupperware? Apakah ada sesi didiemin berhari-hari juga? Hehehe.
      Ya saya bagian dari nitijen juga kok xD

      Kebetulan lagi buka draft hp, eh ada kata-kata milik mbak kutilang. Karena ngerasa keganggu, jadilah kilas balik ke kisahnya xD
      Terima kasih sudah mau membaca ya, Amri ^^

      Hapus
    2. Hai. Nggak sampe didiemin gitu sih. Paling diinterogasi abis-abisan. Wqwq.

      Hapus
  4. kirain ada hubungannya dari suara yang bertanya, 'ada yang ketinggalan?' taunya malah denger ucapan dari mbak-mbaknya.
    emang bener sih perkataan itu, dan bisa jadi emang diguna-guna. sekarang gue malah penasaran sama wajah mbak-mbaknya itu. secakep itu kah?
    ehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahloh diguna-guna... Dulu sempet bingung juga kalau ada orang yang sebegitunya. Pernah sampai mikir ke tahap sana juga. Tapi rata-rata emang sulit moveon aja, kak. Karena terlalu nutup hati dan nggak mau ngelihat dunia aja kayaknya, huhu. (Eh tapi gitu gak sih? Apa pengamatan saya aja? Hm..)

      Gimana ya bilangnya, soalnya tiap orang itu dalam menilai cakep katanya relatif. Versi tangkapan mata saya si cakepnya lumayan, kak. Adem lah kalau bahasa alusnya Wkwk.

      Hapus
  5. Saya belum pernah menghilangkan Tupperware, belum pernah juga denger Nyokap ngomel-ngomel karena benda sakral itu hilang. Jadi penasaran mau ngetes saya umpetin kapan-kapan gitu. Apakah mayoritas ibu-ibu betulan ngamuk kalau kehilangan Tupperware? Wqwq.

    Kalau soal kalimat diguna-guna itu, saya juga tersindir berarti. :( Saya pernah mikirin satu orang doang. Setahun lebih cuma dia yang sering muncul di setiap malam, apalagi pas susah tidur. Tapi, orang ini bukan mantan. Cuma seseorang yang pernah dekat, lalu entah karena apa tiba-tiba jadi jauh. Mungkin saya punya salah yang enggak saya sadari. Sebetulnya kami cuma temen gitulah, tapi ya dia anaknya bikin nyaman buat ngobrol ataupun main bareng. Terus, dia masih punya janji ngajak jalan saya ke suatu tempat. Belum kesampean hingga saat ini. Kadang saya pengin ngontak lagi. Minta maaf seandainya punya salah sekalian nanya masih inget sama janji itu atau enggak, tapi tololnya takut dan ragu-ragu. Semacam yang udah berlalu, yoweslah~ Namun, yang bikin bingungnya tuh saya jatuh cinta apa cuma sebatas kangen sama dia. Yah, curhat kan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan dicoba kak, Yoga. Tiap Emak memiliki tingkat khawatir terhadap Tupperware emang beda. Pokoknya jangan laporan disaat emak juga sedang naik pitam sebelumnya. Soalnya saya belajar dari pengalaman pribadi yang hampir menghilangkannya. wakakak.

      Curhatannya agak mewakili ya. Saya jadi teringat juga nih kaaan sama janji seseorang yang tiba-tiba dia pergi tanpa pesan... Hemmmmm. Sempet juga mikir 'salah gua apa' tapi yowes lah, dia juga kayaknya lupa sama omongannya dan tidak mau peduli lagi. Jadi ya yowes... Hemmmmmm (lagi) xD
      Wah sulit nih kalau udah ada dua pilihan yang dimana keduanya mendekati mirip dan tidak bisa didefinisikan. Wkwkwk.

      Hapus
  6. Kenapa saya fokus pada dramaaa tupperwarenyaaa ya ._. saya beruntung ih, hidup di keluarga yang bukan tupperwarehooligan ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat ya kak Febri. Kakak pasti terhindar dari hal-hal yang tidak bisa diprediksi dan hidupnya akan adem ayem karena gak perlu mikirin masalah yang akan muncul karena namanya. Sungguh Tupperware memanggggg~~ Huehehe.
      Kenapa saya malah ngakak sama (tupperwatehoolihan) Ya Allah xD xD

      Hapus
  7. Gue juga timgakkuncistang kalo lagi padet banget dan gue di belakang. Bukan karena taat, tapi belum mau dipentung preman setempat aja...

    Awalnya gue pikir bakal cerita soal ribetnya parkir nih. Eh ternyata malah guna-guna. Muahahahaha.

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca sampai bagian akhir. ^^
Jika ada yang perlu dikomentari, maka komentarilah. Sebab punya perasaan yang dipendam itu memusingkan. Hehe.

NUR AGUSTININGSIH © | THEME BY RUMAH ES